Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pedoman Ejaan Dalam Penulisan Dokumen

Surat dapat mencerminkan siapa penulisnya jika suatu perusahaan menulis surat dengan kaedah tata bahasa yang benar, pembaca surat tersebut menjadi yakin bahwa perusahaan tersebut profesional. Dan sebaliknya penulisan surat tidak sesuai dengan sturuktur bahasa indonesia malah akan mengakibatkan pembaca merasa tidak nyaman dengan surat yang dibaca dan akan membuat citra perusahaan menjadi buruk.


Sebagai pedoman penulisan surat resmi hendaknya seorang sekretaris/pegawai administrasi mengikuti beberapa pedoman ejaan berikut ini:

1. Singkatan yaitu bentuk kata yang dipendekan yang terdiri dari satu atau lebih.
  1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.Contoh: M. Jamil, Bpk. Armand, Tn. Jaka, Ir. Wibisono
  2. Singkatan nama resmi badan pemerintahan atau organisasi dan nama dokumen yang terdiri atas huruf awal, ditulis dengan huruf kapital tanpa titik. Contoh: PT (Perseroan Terbatas), PLN (Perusahaan Listrik Negara)
  3. Singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu titik di belakangnya. Contoh: dst. (dan seterusnya), Yth. (Yang terhormat), hal. (halaman)
  4. Singkatan yang terdiri dari dua huruf diikuti dua titik pada tiap-tiap huruf. Contoh: s.d. (sampai dengan), u.p. (untuk perhatian)
  5. Singkatan lambang kimia, ukuran satuan dan mata uang tidak diikuti oleh lambang titik. Contoh: kg (kilogram), Rp (rupiah)
pedoman ejaan penulisan dokumen


2. Akronim, yaitu singkatan berupa gabungan huruf awal, atau suku kata yang membentuk suatu kata baik berupa nama badan atau bukan nama badan.
Contoh:
a. ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
b. Tilang (Bukti Pelanggaran)

3. Angka dan Lambang Bilangan, dipakai untuk:
  1. Lambang nomor jalan, rumah dan kamar/blok, misal: Jl. Sejati, Gg. Mesjid, No. 13 Marendal.
  2. Lambang nomor karangan atau kitab suci, misal: Surat Maryam: 2, Bab II, No. 34
  3. Lambang bilangan tingkat, misal: Akhir abad XX, kelas III, tingkat V.
  4. Lambang bilangan huruf, contoh: - Bilangan pecahan, seperdua, seperempat, - Bilangan utuh, dua, tiga - Khusus pada akta atau surat penting, penulisan bilangan dilengkapi bacaan hurufnya. Misal: 43 (empat puluh tiga), - Namun, jika bilangan terlalu besar maka boleh dieja sebagian, misalnya: 456 juta.
4. Tanda koma
  1. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misal: Jika besok libur, maka kami akan pulang kampung. Sebaliknya jika anak kalimat diiringi oelh induk kalimatnya maka tidak menggunakan koma. Misal: saya akan pulang kampung jika besok libur.
  2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan unsur rincian. Misal: kami akan membeli kertas, gunting, helm, dan tas.
  3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang menggunakan kata hubung tetapi atau melainkan. Misal: sekar bukan adik saya, melainkan anak saya.
  4. Tanda koma dipakai untuk membedakan nama gelar pendidikan dengan marga. Misal: Anugerah Dino Bhavati, S.Pd.
  5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat petikan langsung. Misal: Maryam berkata, “pecahkan saja gelas itu.”
  6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata wah, aduh, o, ya. Misal: wah, luar biasa.
  7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan nama orang dengan alamatnya, wilayah dengan negara dan wilayah dengan tanggal. Misal: Bpk. Ahmad, Jl. Pertahanan IV, Medan
  8. Tanda koma dipakai untuk menghindari kesalahan membaca. Misal: Atas perhatian bapak, Ari ucapkan terima kasih.
  9. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan. Misal: Anak saya, Maryam Husna, cantik sekali.
  10. Tanda koma dipakai di belakang kata penghubung antar kalimat yang terdapat di awal kalimat. Misal: … oleh karena itu, kami datang sekarang ke tempat ini.
  11. Tanda titik koma, dipakai untuk: a. Memisahkan bagian kalimat yang setara. Misal: Siswa Jurusan Sekretaris diharapkan dapat memahami tanda baca; mengetahui jenis surat; mengaplikasikan tanda baca. b. Sebagai pengganti kata penghubung pada kalimat majemuk. Misal: Ani belajar; Ira bermain; Amar mencuci baju.
6. Tanda titik dua (: ), dipakai untuk:
  1. Rangkaian perincian, Misal: para pejuang kita berprinsip: hidup atau mati.
  2. Sesudah kata yang perlu perincian. Misal: Nomor: Lampiran: Ketua: Bendahara:
  3. Dalam teks drama sesudah nama aktor. Misal: Riri: “Tono… kamu kemana?”, Tono: “ada apa kakak…?”
  4. Pemisahan surat dengan ayat kitab suci. Misal : Al-Baqarah : 165
7. Tanda Hubung (-), dipakai untuk
  1. Menyambung suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
  2. Menyambung unsur-unsur kata ulang. Misal: Kita tidak boleh membolak-balikan fakta kejadian, kuda-kudaan.
  3. Memperjelas hubungan bagian kelompok kata. Contoh: ber-evolusi
  4. Merangkaikan se, tingkatan bilangan, singkatan berhuruf kalpital, angka yang berakhiran an. Contoh: se-Sumatera Utara, Ke-3, sinar-X, tahun 2000-an
8. Tanda pisah (-) dipakai untuk:
  1. Pemisah sisipan kata yang memberi penjelasan di luar uraian kalimat. Misal: Hasil ujiannya – diluar dugaan – ternyata buruk sekali.
  2. Menegaskan keterangan aposisi. Misal: Kumpulan buah ini – jeruk, markisa, melon, durian, rambuta, mangga – menjadikan kabupaten deli serdang sebagai pengekspor buah di indonesia.
  3. Pemisah dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai ke atau sampai dengan. Misal: 2010 – 2013, Medan – Bandung.
9. Tanda Elipsis (…), dipakai untuk:
  1. Kalimat yang terputus, misal: kalau begitu… ya sudah, mari kita pulang.
  2. Bagian kalimat yang ditinggalkan. Misal: Artis-artis yang … akan dikenakan sanksi. Penghuni lokalisasi yang melakukan praktek … akan ditertibkan
10. Tanda petik (“…”), dipakai untuk:
  1. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah lain. Misal: “Setuju…!,” seru para karyawan pada rapat kerja itu. Sila pertama Pancasila berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa.”
  2. Mengapit judul syair atau karangan yang dipakai dalam sebuah kalimat. Misal: Sajak “Aku” terdapat pada kumpulan sajak Indonesia Buku ”Chicken Soup For Soul” menjadi bestseller di dunia.
  3. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau memiliki arti khusus. Misal: Sarah menggunakan kaos “you can see”, “si jago merah” menghabiskan lebih dari sepuluh rumah
11. Tanda tanya (?) atau tanda tanya dalam kurung dipakai untuk:
  1. Kalimat untuk bertanya. Misal: Ibu mau ke mana?
  2. Kalimat yang membingungkan. Misal: Hanna Fauziah mengakui bahwa ia telah bertemu dengan Rossy Fauziah di Jerman kemarin (?), padahal karyawannya itu sedang berada di semarang hingga detik ini.
  3. Kalimat yang disangsikan kebenarannya. Misal: Ketua DPR menganggarkan uang sebanyak 20 juta (?) peranggotanya untuk membeli laptop.
Materi lainnya dapat dilihat Bahasa Dalam Penulisan Surat

Posting Komentar untuk "Pedoman Ejaan Dalam Penulisan Dokumen"